Minggu, Juli 27, 2025

MAU JADI PENULIS SILAHKAN BERGABUNG

Trend Minggu ini

Pilihan Penulis

Edukasi Vaksinasi dan Pencegahan Pneumonia di Kalangan Dewasa

redaksi.co, Jakarta Rabu (16/7) – Rumah PAPDI, Jakarta Pusat dalam media briefing bertajuk “Perlindungan Populasi Dewasa dari Pneumonia”, para pakar medis dan perwakilan pemerintah kembali menekankan pentingnya vaksinasi serta deteksi dini dalam mencegah peningkatan kasus pneumonia, khususnya di kalangan dewasa dan kelompok rentan.

Acara ini menghadirkan sejumlah narasumber ahli, Prof. DR Dr Samsuridjal Djauzi, Sp.PD, K-A.I, FINASIM, DR Dr Eka Ginanjar Sp.PD-KKV, FINASIM, FACP, FICA, MARS, SH – Ketua Umum Pengurus Pusat PAPDI 2025-2028, DR. dr. Sukamto Koesnoe, SpPD, K-AI, FINASIM – Ketua Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI, Dr Prima Yosephine, M.K.M – Direktur Imunisasi Kementerian Kesehatan RI dan Moderator Dr Suzy Maria, Sp.PD, K-A.I, M.Sc

Peningkatan Kasus dan Upaya Deteksi Dini
Dr. Prima Yosephine menyampaikan bahwa data dari 2020 hingga 2024 menunjukkan adanya tren peningkatan kasus pneumonia, dengan jumlah terbanyak terjadi pada kelompok usia balita. Meski demikian, kelompok usia dewasa dan lanjut usia juga mengalami peningkatan, yang sebagian besar terdeteksi melalui pelaporan rumah sakit. Salah satu penyebab peningkatan kasus ini adalah aktifnya program deteksi dini dari tim kerja ISPAK Kemenkes, yang menyasar populasi wanita dan kelompok berisiko lainnya.

“Tujuan kami sederhana tapi krusial: mengurangi angka kematian dengan menemukan kasus sedini mungkin,” ujar Dr. Prima.

Vaksinasi Setelah Sembuh, Perlukah?
Pertanyaan yang sering muncul di masyarakat, apakah seseorang yang sudah sembuh dari pneumonia masih perlu divaksin, dijawab lugas oleh Prof. Dr. Dr. Samsuridjal Djauzi. Ia mengatakan bahwa pneumonia disebabkan oleh berbagai serotipe bakteri Streptococcus pneumoniae, dan seseorang yang pernah terinfeksi hanya membentuk antibodi terhadap serotipe tertentu.

“Artinya, meskipun pernah sakit, mereka masih rentan terhadap jenis lain. Vaksinasi tetap dibutuhkan, sebaiknya dilakukan setelah kondisi pulih, umumnya sekitar tiga minggu pasca-rawat inap,” ujar Samsuridjal Djauzi.

Mengenali Bedanya Pneumonia dan Flu
Dr. Sukamto Koesnoe mengatakan bahwa meskipun gejala flu dan pneumonia sering tumpang tindih seperti demam, batuk, dan pilek. Kedua penyakit ini berbeda dari segi penyebab dan perjalanan penyakit. Pneumonia merupakan infeksi akut paru-paru yang bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri, dengan Streptococcus pneumoniae sebagai penyebab terbanyak secara global.

Gejala virus seperti flu biasanya muncul cepat dan menular saat masa inkubasi, sementara infeksi bakteri berkembang lebih lambat. Dalam kasus bakteri, demam sering muncul di sore atau malam hari dan bisa disertai dengan batuk berdahak dan sesak.

“Sulit membedakan tanpa pemeriksaan laboratorium. Itulah kenapa penting untuk tidak mendiagnosis sendiri hanya lewat googling,” tambahnya.

Vaksinasi sebagai Investasi Kesehatan
Vaksinasi menjadi langkah penting bagi orang yang memiliki risiko tinggi seperti lansia, perokok, atau penderita komorbid. Bahkan orang muda dengan kebiasaan merokok pun masuk dalam kategori disarankan untuk vaksin.

“Komorbid tidak berarti harus sakit dulu. Kebiasaan seperti merokok, konsumsi alkohol, atau gaya hidup tidak sehat juga faktor risiko,” ujar Dr. Sukamto.

Ia juga mengimbau agar vaksinasi dilakukan bersamaan dengan kontrol pasca sembuh dari pneumonia.

“Pasien biasanya masih segar mengingat penderitaannya itu momen penting untuk melakukan vaksinasi,” kata Dr. Sukamto.

Pentingnya Peran Media dan Edukasi Masyarakat
Sebagai penutup, menyoroti pentingnya literasi kesehatan di masyarakat. Ia mengajak media untuk aktif memberikan edukasi yang benar mengenai penyakit seperti pneumonia, agar masyarakat tidak panik namun tetap waspada dan teredukasi dengan baik.

“Gejala seperti demam bisa jadi petunjuk awal, tapi bisa berarti banyak hal. Flu biasa, pneumonia, atau infeksi lainnya. Jangan disamaratakan, dan jangan anggap semua demam sama. Kita harus bijak dan konsultasikan ke tenaga kesehatan,” ujar Dr. Eka Ginanjar.

Melalui forum ini, para pakar berharap masyarakat dewasa Indonesia semakin sadar pentingnya vaksinasi, deteksi dini, dan edukasi kesehatan agar pneumonia tidak menjadi ancaman yang terus membayangi populasi rentan.

Popular Articles

Berita Terkait