redaksi,co, Jakarta | Presiden Direktur PT Solusi Sinergi Digital Tbk (Surge), Yune Marketatmo, mengatakan bahwa program layanan internet nirkabel (5G FWA WiFi) dengan tarif Rp100.000 per bulan bukan semata-mata langkah bisnis, melainkan bagian dari misi sosial perusahaan untuk membuka akses digital bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Dalam wawancara di InterContinental Pondok Indah, Jakarta, Selasa (21/10), Yune menerangkan bahwa layanan tersebut tidak mengharuskan pelanggan membeli perangkat modem, karena perusahaan meminjamkannya secara gratis.
“Jadi modemnya dipinjam, bukan dibeli. Satu alat untuk satu rumah, dan bisa digunakan oleh hingga 32 perangkat sekaligus,” ujarnya.
Menurutnya, konsep ini berbeda dari penyedia layanan lain yang masih membebani pelanggan dengan biaya perangkat dan sistem kuota terbatas.
“Kita ini unlimited, tidak ada kuota. Modem pun kita pinjamkan tanpa biaya. Masyarakat cukup bayar Rp100 ribu sebulan,” jelas Yune.
Ia menambahkan, harga tersebut ditetapkan berdasarkan hasil kajian kemampuan daya beli masyarakat dan hasil studi dari Bank Dunia yang menunjukkan bahwa setiap kenaikan 10 persen penetrasi internet dapat mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 1,4 persen.
“Kalau GDP kita sekarang sudah besar, kenaikan 1,4 persen itu sangat signifikan. Ini dampaknya bukan hanya untuk industri, tapi untuk ekonomi rakyat juga,” katanya.
Namun, di balik perhitungan ekonomi itu, Yune menerangkan bahwa tujuan utama program ini adalah membangun fondasi pendidikan yang lebih merata. Ia menyoroti rendahnya indeks kecerdasan (IQ) Indonesia di kawasan ASEAN yang menurutnya berkaitan erat dengan akses pendidikan dan gizi.
“Pendidikan itu kuncinya. Dengan internet yang terjangkau, anak-anak dari Sabang sampai Merauke bisa belajar dari guru-guru terbaik UI, ITB, UGM, ITS, tanpa perlu pindah kota atau keluar biaya besar. Ini cara kita menyetarakan kualitas pendidikan,” paparnya.
Yune menutup pembicaraan bahwa perusahaan berkomitmen menjalankan bisnis yang inklusif, tidak hanya menguntungkan pemegang saham, tetapi juga memberi nilai tambah bagi masyarakat luas.
“Kami percaya konektivitas adalah hak dasar. Internet cepat dan murah bukan kemewahan, tapi kebutuhan untuk memajukan bangsa,” ujarnya.