Redaksi.co, Prabumulih – Di kala fajar menyingsing dengan lembut, Kota Prabumulih menyambut bulan Ramadan dengan semangat yang menghangatkan jiwa. Bulan suci 1446 H ini bukan hanya momen untuk menahan lapar dan dahaga, melainkan juga ajang mempererat tali persaudaraan, menapaki perjalanan spiritual, dan mengukir kisah kebersamaan yang penuh harapan. Suasana magis yang tercipta sejak dini hari menginspirasi setiap lapisan masyarakat, dari keluarga hingga komunitas keagamaan.
Pada hari pertama Ramadan, Sabtu, 1 Maret 2025, jadwal imsakiyah telah disusun untuk memandu setiap langkah ibadah warga Prabumulih. Waktu imsak, yang menandai akhir sahur, ditetapkan pada pukul 04.45 WIB, dan salat Subuh dimulai tak lama kemudian pada pukul 04.55 WIB. Menjelang waktu berbuka, umat Muslim menanti dengan penuh harap momen untuk menyucikan diri melalui ibadah; waktu berbuka puasa (Maghrib) jatuh pada pukul 18.24 WIB. Sebagai kelanjutan dari malam yang penuh berkah, salat Tarawih dilaksanakan segera setelah salat Isya, yang dimulai sekitar pukul 19.45 WIB. Penetapan jadwal ini tidak hanya membantu masyarakat dalam mengatur waktu ibadah, tetapi juga menjadi simbol disiplin dan komitmen dalam menjalankan sunnah.
Di sebuah sudut kota, Siti Aminah – seorang ibu rumah tangga sekaligus karyawan – menceritakan betapa Ramadan selalu membawa nuansa berbeda dalam kehidupannya. “Ramadan selalu menjadi momen spesial bagi kami. Selain meningkatkan keimanan, bulan ini adalah waktu untuk saling mendekatkan dan berbagi kebahagiaan,” ungkapnya sambil tersenyum. Menurutnya, pengaturan waktu sangat penting: “Setelah sahur dan salat Subuh, saya sempat tidur sejenak agar tetap bugar, dan setiap detik menjelang berbuka mengingatkan saya betapa berharganya waktu bersama keluarga.”
Tak hanya di lingkungan rumah, dampak Ramadan juga dirasakan di dunia pendidikan. Pemerintah Kota Prabumulih, melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud), menetapkan libur sekolah selama sepekan, mulai 27 Februari hingga 6 Maret 2025. Kebijakan ini diambil berdasarkan Surat Edaran Bersama dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Agama. Pedro Santoso, Sekretaris Disdikbud, menyatakan, “Libur Ramadan bukan berarti berhentinya proses belajar. Justru, ini adalah momentum untuk mengintegrasikan nilai-nilai spiritual dan pendidikan karakter, sehingga siswa tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki dasar moral yang kuat.”
Kegiatan keagamaan di lingkungan sekolah juga semakin intens. Di SD Negeri 5 Prabumulih, misalnya, diadakan tadarus bersama dan kajian kitab suci setiap pagi. Kepala sekolah, Bapak Ahmad Fauzi, menjelaskan, “Kami ingin anak-anak tidak hanya menikmati liburan, tetapi juga mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Kegiatan seperti tadarus bersama ini bertujuan menumbuhkan kecintaan terhadap Alquran sejak dini.” Program ini diharapkan dapat membentuk generasi yang utuh, menggabungkan kecerdasan akademik dengan kedalaman spiritual.
Di tengah dinamika kehidupan, Ramadan juga mendorong tumbuhnya kegiatan ekonomi yang bersinergi dengan nilai-nilai keagamaan. Pedagang makanan khas Ramadan, seperti penjual kolak dan es buah, mengalami peningkatan aktivitas yang signifikan. Pak Udin, penjual kolak pisang, mengaku, “Setiap Ramadan, dagangan saya selalu laris. Ini bukan hanya soal keuntungan, tapi juga berkah yang mengalir dari setiap senyum pelanggan yang datang mencari takjil.” Kegiatan ekonomi ini mencerminkan semangat gotong royong dan kepedulian sosial yang semakin kental di tengah masyarakat.
Lebih jauh, komunitas lokal aktif menggelar program berbagi takjil gratis di beberapa titik strategis kota. Rudi, koordinator kegiatan tersebut, menyatakan, “Kami ingin menebar kebaikan dan mempererat tali persaudaraan, terutama kepada mereka yang kurang beruntung. Ramadan adalah waktu untuk berbagi, bukan hanya tentang ibadah, tetapi juga untuk menyebarkan cinta dan harapan.” Inisiatif ini berhasil mengumpulkan berbagai lapisan masyarakat, menunjukkan bahwa semangat Ramadan mampu menyatukan perbedaan.
Di jantung kegiatan keagamaan, Masjid Agung Nurul Iman menjadi pusat kegiatan yang ramai. Sejak pagi, persiapan untuk menyambut jamaah salat Tarawih telah dimulai. Haji Muhammad Yusuf, salah satu pengurus masjid, menjelaskan, “Kami telah menyiapkan segala fasilitas, mulai dari penambahan kipas angin, perbaikan sound system, hingga penyediaan area parkir yang lebih luas, agar jamaah dapat beribadah dengan khusyuk. Tarawih di sini dimulai sekitar pukul 19.45 WIB, menyusul salat Isya pada pukul 19.32 WIB, dan kami berusaha menciptakan suasana yang nyaman dan penuh keberkahan.” Persiapan matang ini menunjukkan betapa seriusnya pihak masjid dalam memastikan setiap jamaah merasa dihargai.
Ramadan di Prabumulih juga melahirkan refleksi mendalam bagi banyak pihak. Prof. Iskandar Nazari, pakar psikologi pendidikan, mengemukakan, “Di tengah derasnya arus informasi digital, momen Ramadan mengingatkan kita akan pentingnya kembali ke nilai-nilai kemanusiaan dan kearifan lokal. Ibadah yang teratur melalui jadwal imsak, berbuka, dan Tarawih mengajarkan disiplin serta menghargai setiap detik yang Allah berikan.” Menurutnya, integrasi nilai-nilai keagamaan dan modernitas merupakan kunci untuk membentuk generasi yang seimbang dan berkarakter.
Di balik setiap jadwal yang telah tertata—Imsak pada pukul 04.45 WIB, Subuh pukul 04.55 WIB, berbuka pada pukul 18.24 WIB, dan Tarawih dimulai sekitar pukul 19.45 WIB—tersimpan kisah kehidupan yang sarat makna. Setiap waktu menunjukkan betapa pentingnya manajemen waktu dalam menunaikan ibadah dan menjalani kehidupan sehari-hari. “Jadwal ini tidak hanya sebagai pedoman, melainkan juga pengingat bahwa setiap detik adalah anugerah yang harus kita syukuri,” ujar seorang tokoh masyarakat yang enggan disebutkan namanya.
Semangat Ramadan di Prabumulih pun menjadi cermin perpaduan antara tradisi dan inovasi. Di era di mana modernitas seringkali mengikis kearifan lokal, keberadaan jadwal ibadah yang tertata rapi mengembalikan nilai-nilai kedisiplinan dan keikhlasan. Masyarakat tidak hanya menjalankan ibadah, tetapi juga merayakan setiap momen sebagai bagian dari perjalanan spiritual yang berkelanjutan. “Dalam setiap doa, kami belajar untuk lebih mencintai sesama dan menghargai setiap nikmat yang diberikan,” tambah Siti Aminah, dengan mata yang memancarkan harapan.
Ramadan di Prabumulih bukan sekadar rutinitas tahunan, melainkan momentum transformasi yang menginspirasi. Dengan perpaduan antara kehangatan keluarga, kepedulian sosial, dan semangat inovasi, bulan suci ini meninggalkan jejak kebaikan yang abadi. Setiap detik yang tercipta dari jadwal imsak, berbuka, dan Tarawih menyulam cerita tentang harapan, solidaritas, dan cinta yang tak lekang oleh waktu. Di balik setiap momen, terdapat pelajaran berharga tentang arti hidup yang sesungguhnya—tentang syukur, kebersamaan, dan keindahan dalam perbedaan.
Seiring berjalannya Ramadan, semangat yang terpancar dari Kota Prabumulih terus menginspirasi warganya untuk membangun masa depan yang lebih baik, penuh dengan kasih dan keberkahan. Setiap langkah dan doa mengingatkan kita bahwa, dalam hidup, waktu adalah anugerah yang harus disyukuri, dan setiap momen adalah kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik.
Baca Juga: Razia Kampung Narkoba di Prabumulih: Tiga Pria Diamankan, Barang Bukti Sabu Disita