Pontianak — Di tengah suasana publik yang sedang menuntut kejelasan dan keadilan, pernyataan Maman justru hadir seperti bensin yang disiramkan ke api. Bukan solusi yang ia tawarkan, melainkan provokasi yang berpotensi memperkeruh keadaan. Ucapannya tidak hanya salah, tetapi juga berbahaya: menyesatkan masyarakat, membelokkan isu, dan mengaburkan inti persoalan.
Seorang tokoh publik semestinya sadar bahwa setiap kata adalah tanggung jawab. Namun Maman dengan enteng mengumbar narasi tanpa dasar hukum, tanpa data yang teruji, dan tanpa logika yang sehat. Alih-alih menenangkan rakyat, ia justru memainkan isu dengan gaya agitasi murahan yang lebih cocok bagi seorang provokator daripada seorang pemimpin.
Bahaya dari ucapan Maman terletak pada efeknya: memecah belah masyarakat, memicu konflik horizontal, serta merusak kepercayaan terhadap institusi negara. Ia bukan saja gagal membaca situasi, tetapi juga abai pada konsekuensi sosial dari setiap pernyataannya. Dengan menebar opini provokatif, Maman telah menempatkan dirinya bukan sebagai bagian dari solusi, melainkan bagian dari masalah.
Kita patut bertanya: siapa sebenarnya yang diuntungkan dari provokasi ini? Apakah rakyat, yang butuh kepastian dan keadilan? Atau justru segelintir pihak yang ingin berlindung di balik kabut kebingungan? Publik harus waspada, sebab pernyataan seperti ini bukan sekadar salah ucap, melainkan bagian dari pola: pola untuk mengalihkan perhatian, menutupi fakta, dan menjaga kepentingan yang tidak pernah berpihak kepada rakyat.
Editorial ini menegaskan, publik berhak marah. Publik berhak menuntut klarifikasi, bahkan meminta Maman menarik ucapannya secara terbuka. Kita tidak boleh membiarkan panggung publik dikuasai oleh suara-suara provokatif yang menyesatkan. Demokrasi akan lumpuh bila yang lebih nyaring adalah kebohongan, sementara kebenaran didiamkan.
Saatnya publik melawan sesat pikir yang dilontarkan Maman. Kita harus menjaga akal sehat bersama, agar bangsa ini tidak terjebak dalam pusaran provokasi tanpa arah. Pernyataan provokatif harus dilawan dengan data, dengan fakta, dan dengan keberanian moral untuk berkata benar. Karena yang dibutuhkan rakyat hari ini bukan agitasi, tetapi kepastian. Bukan provokasi, tetapi solusi.
Tim : Redaksi