redaksi.co, Jakarta – Dalam peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-117 yang digelar di Aula IMERI FKUI Salemba, Selasa (20/5) suasana berubah penuh semangat ketika Mayjen TNI (Purn) dr. Budiman, SpBP-RE, mantan Kepala Pusat Kesehatan TNI dan Koordinator RS Darurat COVID-19 Wisma Atlet, menyampaikan orasi yang tajam namun sarat kepedulian terhadap masa depan sistem kesehatan Indonesia.
Berlatar belakang sebagai dokter dan perwira tinggi militer, dr. Budiman menyoroti ancaman strategis terhadap ketahanan kesehatan nasional yang menurutnya tidak datang dari luar, tetapi justru dari kebijakan internal yang tidak berpihak pada tenaga kesehatan.
Keprihatinannya terhadap gaya kepemimpinan Menteri Kesehatan yang dinilainya kurang membina hubungan harmonis dengan tenaga kesehatan, dr. Budiman menyampaikan orasinya:
“Seorang panglima tidak akan pernah memenangkan pertempuran jika ia menghujat pasukannya sendiri,” ujar Budiman, menyindir narasi publik yang menurutnya memperlemah kepercayaan diri dan posisi dokter serta tenaga kesehatan di tanah air.
Kebijakan pembukaan fakultas kedokteran baru yang dianggap tanpa perencanaan matang dan pelibatan pihak terkait. Ia menyebut kebijakan tersebut dapat menurunkan kualitas dokter Indonesia, serta menciptakan kerentanan strategis di sektor kesehatan.
“Dalam dunia militer, kualitas pasukan lebih penting dari kuantitas. Hal yang sama berlaku dalam pendidikan dokter,” tegasnya.
Orasi juga menyoroti kecenderungan komersialisasi sistem kesehatan yang dikhawatirkan akan mengabaikan mutu layanan dan keselamatan pasien. Rencana mendatangkan pasien asing serta membuka akses luas bagi rumah sakit dan tenaga kesehatan asing dinilainya tidak sejalan dengan semangat membangun kedaulatan kesehatan nasional.
“Tidak ada negara yang mengizinkan pasukan asing masuk tanpa pengawasan ketat. Mengapa dalam sektor kesehatan, kita justru membuka pintu selebar-lebarnya tanpa skrining yang ketat?” ujarnya.
Mengakhiri orasinya, dr. Budiman menyerukan membangun kembali dialog antara Kemenkes dan para pemangku kepentingan, menghentikan liberalisasi pendidikan kedokteran, memperkuat layanan primer, serta mengevaluasi independen transformasi kesehatan nasional.
dr. Budiman juga menyinggung pentingnya rotasi kepemimpinan bila seorang pemimpin telah kehilangan kepercayaan dari lini terdepannya.
Bahwa sistem kesehatan yang kuat adalah fondasi ketahanan nasional. Tidak ada kompromi dalam hal kesehatan.”Demi Kesehatan! Demi Kedaulatan! Demi Indonesia! Merdeka!”