ERWIN IBRAHIM, SAHBAN, ASMUNI, DAN DAUD AZHARI SATU SUARA: PECAT LALU AHMAD ZAINI DARI PAN!
Lombok Barat — Redaksi.co
Gelombang perlawanan rakyat terhadap kebijakan pemecatan 1.664 tenaga honorer di Kabupaten Lombok Barat semakin membesar. Aksi yang berlangsung di depan Kantor Bupati Lombok Barat, Gerung, Jumat (31/10), menjadi bukti nyata bahwa kesabaran masyarakat sudah habis terhadap kepemimpinan Lalu Ahmad Zaini, yang kini dinilai tidak lagi memiliki empati dan kepedulian terhadap rakyat kecil.

Para aktivis dan elemen masyarakat yang tergabung dalam Gabungan Aktivis Lombok Barat berbondong-bondong turun ke jalan, membawa spanduk dan poster yang menuntut keadilan bagi tenaga honorer yang dipecat secara massal tanpa solusi.
Dalam aksi tersebut, empat tokoh aktivis — Erwin Ibrahim, Sahban, Asmuni, dan Daud Azhari, SH — tampil sebagai suara moral rakyat, satu sikap, satu tujuan: meminta DPP PAN untuk segera memecat Lalu Ahmad Zaini dari jabatannya sebagai Ketua DPW PAN NTB.

—
🔹 “Pemimpin tanpa nurani harus turun!”
Ketua Waktu Indonesia Bagian Barat (WIB), Erwin Ibrahim, dengan suara lantang menegaskan bahwa Lalu Ahmad Zaini telah gagal menjalankan amanah rakyat. Menurutnya, kebijakan pemecatan ribuan honorer bukan hanya mencerminkan ketidakmampuan dalam mengelola pemerintahan, tapi juga memperlihatkan hilangnya nurani seorang pemimpin.
> “Lalu Ahmad Zaini sudah tidak pantas memimpin partai sekelas PAN di NTB. Di mana hati nuraninya ketika ribuan rakyat kecil menangis karena kehilangan pekerjaan? DPP PAN jangan tinggal diam — pecat dia dari jabatan Ketua DPW PAN NTB sebelum citra partai ini rusak di mata rakyat,” tegas Erwin Ibrahim dalam orasinya.
Erwin menambahkan, kebijakan Bupati Lombok Barat itu menunjukkan watak otoriter yang tidak pernah mau mendengar kritik.
> “Ia bertingkah seolah Lombok Barat ini miliknya pribadi. Padahal rakyatlah pemilik sejati daerah ini. Seorang pemimpin yang menindas rakyat kecil demi kepentingan politiknya tidak pantas berada di kursi kekuasaan,” sambungnya.
—
🔹 Sahban: “Kebijakan kejam yang mengorbankan rakyat kecil”
Ketua Koordinator NUSRA (Bali–NTB–NTT)
BI. LMR-RI – BPH – NMS
(Badan Inteligen Lembaga Misi Reclasering Republik Indonesia – Badan Peserta Hukum untuk Negara dan Masyarakat)
Sahban, menilai keputusan Lalu Ahmad Zaini adalah bentuk nyata dari kepemimpinan yang zalim dan tidak berperikemanusiaan.

Ia menyoroti bahwa para tenaga honorer yang dipecat bukanlah pegawai baru, melainkan mereka yang sudah mengabdi bertahun-tahun di berbagai instansi tanpa jaminan kesejahteraan.
> “1.664 orang itu bukan angka. Mereka adalah ayah, ibu, dan anak bangsa yang setiap hari berjuang untuk hidup layak. Tapi kini, mereka dibuang begitu saja. Ini kejam, tidak manusiawi, dan sangat memalukan bagi seorang pemimpin yang mengaku religius,” kata Sahban dengan nada geram.

Ia menambahkan bahwa langkah Bupati justru menunjukkan bahwa kekuasaan kini dijalankan dengan arogansi, bukan dengan hati.
> “Bagaimana bisa seorang bupati yang juga kader PAN tidak memiliki kepekaan terhadap penderitaan rakyatnya sendiri? PAN seharusnya memimpin dengan hati, bukan dengan keangkuhan,” tambahnya.
—
🔹 Asmuni: “Kami akan datang lagi dengan massa lebih besar!”

Dalam orasinya yang membakar semangat massa, Asmuni, Ketua Gabungan Aktivis Lombok Barat, mengeluarkan ultimatum keras kepada Bupati dan pengurus PAN NTB. Ia menegaskan bahwa perjuangan mereka tidak akan berhenti sampai kebijakan itu dicabut dan DPP PAN mengambil tindakan tegas terhadap Lalu Ahmad Zaini.
> “Jika aspirasi ini tidak didengar, kami akan kembali dengan massa yang jauh lebih banyak! Bila perlu, seluruh korban PHK honorer — semua 1.664 orang itu — akan turun ke jalan bersama kami. Dan saya pastikan itu akan terjadi!” teriak Asmuni lantang, disambut sorakan gemuruh massa aksi.
Asmuni juga menegaskan bahwa dirinya dan para aktivis tidak gentar menghadapi intimidasi dari siapa pun, termasuk dari Bupati yang disebutnya “suka membusungkan dada” di hadapan rakyat.
> “Kami tidak takut pada kekuasaan! Kami tidak gentar pada bupati yang hanya pandai membusungkan dada di depan rakyat kecil. Ingat, kekuasaan bukan untuk menyombongkan diri, tapi untuk mengabdi kepada rakyat!” ujarnya dengan penuh emosi.
—
🔹 Daud Azhari, SH: “Bupati jangan arogan, dengarkan jeritan rakyat!”

Ketua JANGKAR Lombok Barat, Daud Azhari, SH, juga menyampaikan orasinya di depan massa dan aparat keamanan yang berjaga di lokasi aksi. Dengan suara tegas, ia menilai sikap arogan Bupati menjadi akar dari berbagai gejolak sosial yang kini muncul di tengah masyarakat.
> “Kami tidak menolak perubahan, tapi kami menolak kesewenang-wenangan! Jangan jadi bupati yang arogan dan tuli terhadap penderitaan rakyat. Kekuasaan itu amanah, bukan alat menindas. Kalau tidak sanggup jadi pelayan rakyat, lebih baik mundur dengan hormat!” seru Daud Azhari di hadapan aparat dan massa aksi.
Ia menegaskan bahwa tindakan Bupati telah mencoreng marwah pemerintahan daerah dan memicu ketidakpercayaan publik terhadap partai pengusungnya.
> “DPP PAN harus tahu, bahwa rakyat Lombok Barat menolak arogansi ini! Jika tidak segera bertindak, rakyat akan menilai bahwa PAN mendukung kezhaliman,” tegasnya lagi.
—
🔹 Massa berjanji akan kawal hingga tuntas
Aksi yang berlangsung sejak pagi hingga siang itu berjalan tertib namun penuh tekanan moral. Para peserta aksi membawa spanduk bertuliskan “Tolak PHK Massal Honorer”, “PAN Harus Bersih dari Pemimpin Zalim”, dan “Rakyat Butuh Pemimpin, Bukan Penguasa.”
Mereka berjanji akan terus mengawal isu ini sampai ada kejelasan nasib ribuan tenaga honorer yang menjadi korban kebijakan sepihak Bupati Lombok Barat.
Di akhir aksi, Erwin Ibrahim kembali menegaskan bahwa perjuangan ini bukan soal politik, tapi soal hati nurani.
> “Kami bukan melawan partai, kami melawan ketidakadilan. Kalau DPP PAN ingin partainya tetap dipercaya rakyat, maka buktikan sekarang — pecat Lalu Ahmad Zaini!” pungkasnya.

Aksi kemudian ditutup dengan doa bersama untuk para tenaga honorer yang kehilangan pekerjaan, serta janji solidaritas antaraktivis untuk terus menuntut keadilan sampai keputusan yang zalim itu dicabut.
—
📰 Redaksi.co
Penulis: Abah Uhel
Lombok Barat, NTB

























