Opik S.Pd Ketum GPI Sukabumi Desak Pendekatan Holistik: Doa dan Sains Harus Berdampingan Hadapi Bencana

0
21

Redaksi.Co || Ketua Umum Gerakan Pemuda Islam (GPI) Kabupaten Sukabumi, Opik, menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam merespons rentetan bencana hidrometeorologi yang melanda wilayah Sukabumi di penghujung tahun 2025.

Ia menegaskan bahwa upaya spiritual melalui doa harus berjalan selaras dengan mitigasi berbasis sains.

“Doa bersama adalah inisiatif fundamental untuk menguatkan mentalitas kolektif masyarakat. Namun, aspek spiritual ini tidak boleh berdiri sendiri, melainkan harus disinergikan dengan aksi mitigasi konkret di lapangan,” ujar Opik dalam keterangannya

Berdasarkan data BMKG, Kabupaten Sukabumi merupakan wilayah zona merah dengan 70 persen area berada di zona kerentanan menengah hingga tinggi. Topografi curam dan curah hujan ekstrem yang dipicu fenomena La Nina memperbesar risiko banjir bandang serta tanah longsor.

Opik menjelaskan bahwa dalam pandangan teologis, doa merupakan bentuk tawakal atau puncak kepasrahan setelah manusia melakukan ikhtiar maksimal. Oleh karena itu, GPI mendesak pemerintah daerah maupun pusat untuk mempercepat penguatan infrastruktur mitigasi.

“Kami mendesak percepatan perbaikan sistem drainase hingga pengoptimalan sistem peringatan dini. Langkah teknis ini harus selaras dengan Rencana Penanggulangan Bencana nasional untuk meminimalisir dampak kerusakan,” tambahnya.

Selain mendorong kebijakan pemerintah, GPI juga menggerakkan peran pemuda dalam mobilisasi sumber daya manusia dan penggalangan bantuan kemanusiaan. Opik menilai bencana bukan sekadar statistik kerugian, melainkan panggilan etis untuk memperkuat solidaritas sosial.

Ia juga menegaskan bahwa gerakan doa bersama yang diinisiasi GPI bukan sekadar seremoni keagamaan, melainkan instrumen penggerak moral di tengah krisis. Kekuatan spiritual diharapkan menjadi jangkar ketenangan bagi warga yang dibayangi kecemasan akibat cuaca ekstrem.

“Ketika kita mengetuk pintu langit melalui doa, kita sebenarnya sedang membangun optimisme. Optimisme inilah yang menjadi bahan bakar bagi warga untuk tetap tangguh dan saling bahu-membahu,” ungkap Opik.

Lebih lanjut, ia berharap kesadaran spiritual ini dikonversi menjadi ketaatan terhadap prosedur keselamatan yang ditetapkan oleh BPBD Kabupaten Sukabumi. Ia mendorong munculnya ‘kesalehan sosial’ pasca-doa bersama.

“Artinya, setelah berdoa, masyarakat harus semakin sadar untuk tidak membuang sampah ke sungai dan menjaga kelestarian hutan. Doa adalah jiwa, dan aksi mitigasi adalah raganya. Keduanya tidak bisa dipisahkan jika kita ingin Sukabumi benar-benar aman,” tutupnya. ***

Editor : Fikrie M