Redaksi.co || Pemain Malut United asal Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua, Yakob Sayuri dan Yance Sayuri, kembali menjadi korban tindakan rasisme yang dilakukan oleh oknum suporter sepak bola. Perlakuan tidak terpuji tersebut diterima keduanya melalui komentar di media sosial Facebook maupun Instagram pada momen pertandingan yang berbeda, baik saat laga tandang maupun kandang.
Insiden rasisme pertama terjadi kepada Yakob Sayuri ketika Malut United melakoni pertandingan tandang melawan Persita Tangerang di Stadion Indomilk Arena, Kabupaten Tangerang, pada Minggu, 23 November 2025. Usai pertandingan tersebut, Yakob mendapat sejumlah komentar bernada rasis yang menyerang latar belakang ras dan asal daerahnya.
Aksi serupa kembali terulang dan menimpa Yance Sayuri, adik Yakob, setelah pertandingan Malut United melawan Persib Bandung yang digelar di Stadion Gelora Kie Raha, Ternate, pada Minggu, 14 Desember 2025. Komentar rasis bermunculan di media sosial usai laga tersebut dan menyasar Yance secara personal.
Rasisme terhadap Yance semakin mencuat setelah adanya insiden di lapangan, ketika pemain Persib Bandung Marc Klok melakukan pelanggaran terhadap Yance Sayuri. Akibat pelanggaran tersebut, Yance sempat terpancing emosi dan hampir kehilangan kontrol dengan melakukan gestur seolah hendak memukul Marc Klok, meski situasi berhasil diredam dan tidak berujung kontak fisik.
Meski demikian, sikap sportif ditunjukkan Yance Sayuri setelah pertandingan. Ia menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada Marc Klok melalui akun Instagram pribadinya. Permintaan maaf tersebut mendapat respons positif, di mana Marc Klok menerima dan menyambut baik permohonan maaf Yance, menunjukkan sikap saling menghormati antar pemain profesional.
Rasisme yang dialami Yakob dan Yance dilakukan melalui kolom komentar media sosial oleh oknum suporter. Kejadian ini kembali menegaskan bahwa praktik diskriminasi rasial masih menjadi persoalan serius dalam sepak bola Indonesia dan perlu mendapat perhatian serta tindakan tegas dari seluruh pemangku kepentingan.
Berbagai pihak pun menyerukan agar rasisme diberantas dari dunia sepak bola, serta mengajak suporter untuk lebih dewasa dalam menyikapi hasil pertandingan dan menjadikan sepak bola sebagai alat pemersatu bangsa, bukan sarana menyebarkan kebencian. (Yosep M)***
Editor : AS







