JEMBER, redaksi.co – Asap dan debu kembali menyelimuti langit Desa Gambirono, Kecamatan Bangsalsari, Kabupaten Jember. Bukan karena letusan gunung, melainkan polusi dari pabrik batako milik PT Bayu Putra Sejati yang berdiri di tengah permukiman warga. Kondisi ini kian parah seiring musim panas dan angin kencang yang membuat partikel debu semakin mudah beterbangan hingga masuk ke rumah-rumah warga.
Tak tahan dengan situasi yang kian menyesakkan, pada Selasa pagi (19/8/2025), puluhan warga berbondong-bondong mendatangi Pendopo Balai Desa Gambirono. Mereka menuntut agar pabrik segera ditutup jika tidak memenuhi standar kelayakan lingkungan.
Dikutip dari rilisfakta.id, kedatangan warga diterima langsung oleh Kepala Desa Gambirono, Budiyono. Ia menegaskan, sejak menjabat, pihak perusahaan sama sekali tidak pernah berkoordinasi dengan pemerintah desa, apalagi memberi kontribusi.
“Mulai saya menjabat, belum pernah ada koordinasi dengan Pemdes, bahkan kontribusi juga belum pernah ada,” tegas Budiyono di hadapan warga.
Budiyono menambahkan, pernah ada perwakilan perusahaan datang hanya untuk meminta surat domisili. Namun ia menekankan, Pemdes tidak pernah meminta imbalan apa pun, justru mempertanyakan mengapa sekadar silaturahmi saja sulit dilakukan pihak perusahaan.
“Kami akan undang semua pihak sesuai keinginan masyarakat. Untuk waktunya akan kami kabari melalui undangan resmi,” jelasnya.
Sementara itu, Agus Mulyadi, salah seorang warga terdampak, mengungkapkan bahwa masyarakat sebenarnya sudah pernah melayangkan pengaduan ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jember sejak 29 September 2022. Saat itu sempat ada pertemuan di pabrik yang menghasilkan surat pernyataan berisi komitmen perusahaan mengurangi debu dalam 15 hari. Namun hingga kini, janji tersebut tidak pernah ditepati.
“Kami sudah capek. Rumah terus dipenuhi abu, padahal tidak ada gunung meletus. Kalau memang tidak bisa memperbaiki SOP, ya tutup saja pabriknya!” ujar Agus sambil menunjukkan dokumen pengaduan.
Keluhan serupa disampaikan Yulia, warga lainnya. Menurutnya, aksi ke balai desa ini baru langkah awal. Jika tak ada solusi nyata, warga siap menggelar aksi lebih besar.
“Kedatangan kami bukan untuk demo, tapi meminta pertolongan Pak Kades sebagai bapak kami. Kalau tetap tidak ada jawaban, langkah terakhir adalah unjuk rasa besar-besaran dengan tuntutan tutup pabrik,” tegasnya.
Selain itu, warga juga meminta Bupati Jember, Gus Fawait, turun tangan menindaklanjuti persoalan ini, termasuk meninjau proses perizinan pabrik penggorengan aspal yang kabarnya berdiri di sebelah pabrik batako tersebut.
“Kami mohon keadilan. Kalau dibiarkan, entah seperti apa nasib udara kami ke depan,” pungkas salah seorang warga (Sofyan)