JEMBER, Redaksi.co – Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di Sekolah Rakyat Terintegrasi (SRT) 6 Jember membawa pengalaman baru bagi para siswa yang mulai tinggal di asrama sejak Kamis, 14 Agustus 2025. Meski suasana penuh semangat, sebagian siswa tak luput dari rasa rindu rumah atau homesick.
Kepala SRT 6 Jember, Kartika Sari Dewi, S.Pd., M.Pd., mengungkapkan fenomena yang cukup mengejutkan. “Kami mengira yang perempuan itu lebih mudah menangis, sementara yang laki-laki lebih kuat. Tapi ternyata justru terbalik. Anak perempuan lebih berani (kendel), sedangkan beberapa anak laki-laki malah yang menangis,” ujarnya sambil tersenyum.
Menurut Kartika, beberapa siswa laki-laki mengaku rindu ayah mereka. Biasanya, mereka terbiasa ikut bekerja keliling bersama orang tua, sementara kini harus menetap di asrama yang fasilitasnya serba baru dan lengkap.
Menanggapi hal itu, Bupati Jember, Muhammad Fawait atau akrab disapa Gus Fawait, memberikan nasihat menenangkan. “Itu wajar dan manusiawi. Saya dulu juga mondok di pesantren, dan awalnya pasti ada rasa seperti itu. Tapi saya yakin, dengan bimbingan guru-guru yang luar biasa dan dukungan orang tua yang punya tekad memberikan pendidikan terbaik, anak-anak akan bisa melewatinya,” ujar Gus Fawait, Jumat (16/8/2025).
Gus Fawait pun mengaku terharu melihat fasilitas SRT 6 Jember yang sangat memadai. “Fasilitasnya mewah, tapi yang lebih membahagiakan adalah anak-anak dari keluarga kurang mampu bisa menikmatinya,” ucapnya.
Sebagai informasi, semua sarana dan prasarana di SRT 6 Jember masih baru, mulai dari kursi dan papan tulis di ruang kelas, ranjang susun lengkap dengan kasur dan bantal, lemari pakaian, hingga perlengkapan dapur yang serba baru.
Di balik rasa rindu rumah yang melanda, ada proses tumbuh yang sedang ditempuh. Dari pelukan orang tua menuju pelukan ilmu dan pengalaman hidup, anak-anak SRT 6 Jember sedang belajar satu hal penting: rumah sejati bukan hanya tempat, tetapi juga hati yang siap menerima pelajaran dan tantangan baru.
Reporter: Uswa