Redaksi.co | Jakarta – Edrida Pulungan, Analis Kebijakan Sekretariat Jenderal DPD RI dan pendiri Lentera Pustaka Indonesia, berbagi pengalaman inspiratifnya usai mewakili Indonesia dalam Forum TI dan Konferensi UNESCO di Khanty-Mansiysk, Rusia di Perpustakaan Nasional (20/8).
Kesannya saat menjadi pembicara di forum internasional yang dihadiri delegasi dari 41 negara. Ia menjadi satu-satunya wakil dari Indonesia yang tampil dalam panel diskusi bertema “Smart Cities and Cultural Identity” bersama para narasumber dari Rusia, Belgia, Ghana, dan Pakistan.
“Jakarta bukan hanya kota megapolitan yang berkembang pesat secara teknologi, tetapi juga menyimpan kekayaan sastra luar biasa. Dalam forum tersebut, saya sampaikan bagaimana Jakarta terus bertransformasi sebagai Kota Cerdas sekaligus Kota Sastra UNESCO,” ujar Edrida.
Salah satu momen paling berkesan dalam keikutsertaannya adalah ketika Edrida secara simbolik menyerahkan patung akrilik Chairil Anwar kepada Gubernur Khanty-Mansiysk, sebagai bentuk diplomasi budaya antara Indonesia dan Rusia.
“Chairil dan Pushkin adalah dua penyair besar dari dua dunia yang berbeda, tapi sama-sama mengakar kuat dalam budaya masing-masing bangsa. Simbol ini bukan hanya hadiah, tapi sebuah pesan tentang pentingnya jembatan budaya di tengah dunia yang semakin digital,” ujarnya.
Dalam wawancara, Edrida juga menyinggung potensi besar Indonesia sebagai anggota BRICS dalam memperluas jaringan kolaborasi antarkota. Ia menyampaikan harapannya agar hubungan Jakarta-Moskow bisa diformulasikan ulang, tak hanya dalam bidang perdagangan dan politik, tetapi juga pendidikan, pariwisata, budaya, dan teknologi.
“Kita bisa mulai dari program pertukaran pelajar, residensi penulis, hingga kerja sama inovasi digital di ruang-ruang publik. Ini saatnya kota-kota besar di Indonesia menjalin kemitraan baru yang relevan dengan tantangan abad ke-21,” ungkapnya.
Duta Besar Indonesia untuk Rusia turut memberikan apresiasi atas keikutsertaan Edrida dalam forum tersebut, dan menyambutnya sebagai duta budaya Indonesia. Buku-bukunya, termasuk Pesan Perdamaian dan Bumi Pancasila.
Bumi Pancasila, yang diluncurkan tahun 2023 dan mendapat pengantar dari Presiden Prabowo Subianto serta Menteri Luar Negeri Sugiono, berisi karya-karya dari penulis muda se-Indonesia. Buku ini menekankan nilai-nilai kebangsaan yang dikemas lewat pendekatan sastra dan budaya.
“Di era globalisasi seperti sekarang, diplomasi tidak selalu harus lewat pidato politik. Sastra, budaya, dan buku juga bisa menjadi jembatan yang tak kalah kuat,” tutup Edrida.