Tapanuli Selatan — Sebanyak tujuh jenazah korban banjir bandang di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera Utara, terpaksa dimakamkan secara massal setelah tiga hari tidak ada pihak keluarga yang datang menjemput. Pemakaman dilakukan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) PTPN III, Kebun Batang Toru, pada Kamis (27/11/2025).
Camat Batang Toru, Martin, menjelaskan bahwa keputusan pemakaman kolektif ini diambil karena kondisi jenazah yang sudah semakin memburuk selama berada di Puskesmas Batang Toru.
“Sore ini kami memakamkan tujuh jenazah karena belum ada keluarga yang datang. Sudah tiga hari berada di puskesmas, kondisinya memburuk,” ujarnya.
Pihak kecamatan bersama petugas kesehatan dan unsur terkait lainnya melakukan proses pemakaman sesuai prosedur penanganan korban bencana. Martin menambahkan bahwa pemerintah masih terus menunggu informasi dari warga yang mungkin mengenali identitas para korban.
Hingga kini, upaya pencarian dan identifikasi korban banjir bandang di Batang Toru masih berlanjut. Pemerintah kecamatan mengimbau masyarakat yang merasa kehilangan anggota keluarga untuk segera melapor ke posko bencana atau aparat desa setempat.
Hingga kini, total korban meninggal dunia akibat banjir bandang di Kecamatan Batang Toru tercatat mencapai 21 orang. Selain itu, laporan resmi dari pihak kecamatan dan tim penanganan bencana menyebutkan bahwa 113 warga mengalami luka-luka, mulai dari luka ringan hingga luka berat akibat terseret arus dan tertimpa material longsoran.
Ditambahkan juga laporan warga terkait anggota keluarga yang hilang masih terus berdatangan. Kondisi ini membuat jumlah korban meninggal berpotensi bertambah seiring proses pencarian dan identifikasi yang masih berlangsung.
“Laporan orang hilang terus masuk dari masyarakat. Petugas masih melakukan pencarian di beberapa titik yang sulit dijangkau,” ujarnya.
Tim gabungan dari BPBD, Basarnas, TNI–Polri, relawan, dan masyarakat setempat masih bekerja di lapangan untuk melakukan pencarian, evakuasi, dan pendataan para korban. Arus sungai yang masih deras serta akses jalan yang rusak menjadi kendala utama dalam operasi penanganan bencana.
Sementara itu, pemerintah kecamatan mengimbau warga yang merasa kehilangan anggota keluarga atau memiliki informasi terkait korban untuk segera melapor ke posko bencana agar proses identifikasi dapat berjalan lebih cepat.







