Minggu, Februari 23, 2025

MAU JADI PENULIS SILAHKAN BERGABUNG

PENGUMUMAN

spot_img

Top 5 This Week

Related Posts

Potensi Ternak Jangkrik di Muba: Hanya 35 Hari, Modal Rp1 Juta Bisa Untung Berlipat

 

Warta.in,  Musi Banyuasin (19 Februari 2025)-Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) kini tengah mencuri perhatian para pelaku usaha dengan potensi ternak jangkrik yang menjanjikan. Dengan siklus produksi hanya 35 hari dan modal awal sekitar Rp1 juta, usaha ini menawarkan keuntungan berlipat bagi para peternak. Namun, meski memiliki prospek cerah, tantangan utama yang dihadapi adalah terbatasnya penyerapan pasar.

Salah satu peternak jangkrik di Muba, Wilson (37th), mengungkapkan bahwa harga jangkrik di wilayahnya saat ini paling rendah masih berada di kisaran Rp50.000 per kilogram. “Kami memiliki produksi yang sangat cepat, tetapi saat terjadi panen bersamaan atau ‘banjir’ jangkrik, banyak hasil panen yang tidak terserap pasar dan akhirnya terbuang,” ujarnya. Saat ini, jangkrik di Muba masih sebatas digunakan sebagai pakan ternak, seperti untuk burung kicau, ikan, serta umpan pancing.

Meski demikian, potensi jangkrik tidak hanya terbatas pada pakan ternak. Kandungan protein tinggi yang dimilikinya mulai menarik perhatian dunia internasional. Beberapa negara G-20 dalam pertemuan di Bali bahkan sempat membahas pemanfaatan tepung jangkrik sebagai bahan pangan alternatif. Ini menunjukkan bahwa, jika dikelola dengan baik, jangkrik bisa menjadi sumber protein masa depan dengan nilai tambah tinggi.

Mengingat laju produksi jangkrik yang cepat, banyak pihak berharap agar pemerintah daerah dapat melakukan kajian lebih mendalam mengenai potensi usaha ini. “Pemerintah perlu mendorong pembentukan kelompok-kelompok tani baru agar peternak tidak bersaing secara individual, melainkan bersinergi dalam koperasi khusus. Dengan begitu, hasil panen bisa dipasarkan lebih optimal dan harga jual lebih stabil,” ungkap salah satu anggota DPRD Musi Banyuasin.

Dukungan dari berbagai pihak juga diperlukan untuk memajukan usaha ini. Para ahli agribisnis menilai bahwa teknologi budidaya jangkrik sudah cukup matang untuk dikembangkan secara luas. Dr. Hadi Kusuma, seorang pakar agrikultur, menekankan bahwa dengan riset yang tepat, jangkrik bisa diolah menjadi produk bernilai tinggi seperti tepung jangkrik kaya protein. “Ini tentu membuka pasar baru, baik di tingkat lokal maupun nasional,” katanya.

Megat Alang, seorang pemerhati agribisnis (penggiat sosial mandiri) di Musi Banyuasin, menegaskan bahwa usaha ternak jangkrik memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi komoditas ekspor.
“Permintaan terhadap protein alternatif semakin meningkat, baik untuk industri pangan maupun pakan ternak. Jika pemerintah dan peternak bisa bersinergi dalam membangun ekosistem yang baik, bukan tidak mungkin jangkrik dari Muba bisa menembus pasar ekspor,” ujarnya.

Menurutnya, salah satu langkah strategis yang bisa dilakukan adalah memperkuat riset dan pengolahan jangkrik menjadi produk bernilai tambah. “Jangkrik bukan hanya untuk pakan burung atau ikan, tetapi juga bisa menjadi bahan baku industri makanan. Kita harus mulai berpikir ke arah itu,” tambahnya.

Melihat potensi yang besar, para pelaku usaha dan pemangku kepentingan berharap agar pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin segera mengambil langkah konkret melalui kajian dan riset mendalam. Pembentukan kelompok tani dan koperasi khusus diharapkan dapat meningkatkan daya tawar peternak serta mengurangi risiko kerugian akibat produksi berlebih.

Dengan dukungan dari pemerintah, akademisi, dan pelaku usaha, ternak jangkrik di Muba bisa menjadi peluang ekonomi baru yang menjanjikan, menciptakan lapangan kerja, dan bahkan membuka peluang ekspor ke pasar global.

(Alam Seri /TIM)

Popular Articles