Permadani Kab. Magelang Lestarikan Budaya Lewat Panatacara dan Pidato Bahasa Jawa

0
135

Pawiyatan Panatacara tuwin Pamedharsabda Permadani Kabupaten Magelang kembali hadir dan resmi dibuka untuk angkatan ke-46 atau Bregada 46 pada Sabtu, 12 April 2025. Pendidikan nonformal ini digelar di SDN Mertoyudan 3, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang dan akan berlangsung selama kurang lebih enam bulan dengan pertemuan dua kali dalam sepekan.

Permadani, singkatan dari Persaudaraan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia, merupakan wadah pendidikan masyarakat yang berfokus pada pelestarian bahasa dan budaya Jawa, khususnya dalam keterampilan membawa acara dan berpidato dalam bahasa Jawa yang baik dan benar.

Kursus ini digagas dan diselenggarakan oleh Dewan Pengurus Permadani Kabupaten Magelang. Dengan kurikulum yang kaya akan nilai budaya dan tata bahasa Jawa, Pawiyatan Panatacara ini bertujuan meningkatkan harkat dan martabat manusia Indonesia serta memperkuat jati diri dan kepribadian bangsa.

“Permadani tidak hanya soal keterampilan berbicara, tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur bangsa. Kami ingin peserta mampu menjadi pribadi yang unggul, halus budi pekerti, dan berperan aktif dalam kehidupan sosial budaya,” ujar salah satu pengurus Permadani Kabupaten Magelang.

Tiga prinsip utama yang menjadi landasan karakter peserta didik dikenal sebagai Tri Niti Yogya, yakni:

1. Hamemayu Hayuning Sasama, yaitu senantiasa menciptakan kedamaian lahir dan batin.

2. Dados Juru Lading Bebrayan Ingkang Sae, menjadi abdi masyarakat yang baik dan bijaksana.

3. Sadhengah Pakaryan Tansah Sageda Ngremenaken Tiyang Sanes, setiap karya mampu memberi kebahagiaan bagi sesama.

Dengan metode pembelajaran yang interaktif dan berbasis praktik, para peserta diharapkan mampu tampil sebagai panatacara dan pamedharsabda yang terampil serta menginspirasi masyarakat luas akan pentingnya menjaga kearifan lokal di era modern ini.

Bregada 46 menjadi bukti semangat masyarakat Magelang dalam merawat dan menghidupkan kembali budaya adiluhung warisan leluhur. Kursus ini pun terbuka untuk umum, dari berbagai kalangan usia dan latar belakang, yang memiliki semangat untuk belajar dan mencintai budaya sendiri.