Redaksi.co, Jakarta | Dalam rangka memperingati Hari Paru Sedunia 2025, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menggelar konferensi pers bertajuk “Healthy Lungs, Healthy Life” atau “Paru Sehat, Hidup Sehat” sebagai tema besar tahun ini, Kamis (25/9). Momentum ini dimanfaatkan untuk mengingatkan kembali pentingnya menjaga kesehatan paru sebagai salah satu pilar utama kehidupan manusia.
Hari Paru Sedunia bukan sekadar peringatan seremonial, melainkan panggilan global untuk menekan angka penyakit paru yang kian mengkhawatirkan. Dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta, PDPI menyoroti tingginya beban penyakit paru di Indonesia, mulai dari Tuberkulosis (TB), Pneumonia, Kanker Paru, hingga Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), yang masih mendominasi daftar penyebab kematian terbanyak di Tanah Air.
“Kesehatan paru adalah fondasi dari kualitas hidup yang baik. Tanpa paru yang sehat, aktivitas sehari-hari bisa terganggu secara drastis. Oleh karena itu, upaya preventif dan edukasi publik sangat krusial,” tegas Ketua Umum PDPI dalam sambutannya.
Faktor risiko terbesar penyakit paru di Indonesia adalah kebiasaan merokok. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia 2023, sekitar 70 juta orang di Indonesia adalah perokok aktif, dan lebih dari 70% laki-laki Indonesia merokok, dengan 56,5% di antaranya adalah remaja usia 15–19 tahun.
PDPI juga menyoroti beban ekonomi akibat rokok. Studi tahun 2019 mencatat kerugian langsung akibat rokok mencapai hingga 27,7 triliun rupiah, dengan sebagian besar ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Sementara beban total akibat rokok, baik langsung maupun tidak langsung, diperkirakan mencapai 410 triliun rupiah, jauh melampaui pemasukan negara dari cukai rokok.
Di luar rokok, polusi udara dari kendaraan, industri, dan kebakaran hutan serta dampak perubahan iklim turut memperparah kondisi kesehatan paru masyarakat, terutama pada anak-anak dan lansia.
PDPI menyerukan penguatan kebijakan melalui peningkatan cukai rokok, perluasan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), pengendalian polusi udara, dan akses terhadap layanan deteksi dini seperti spirometri. Terobosan di bidang medis seperti terapi stem cell, oksigen hiperbarik, dan kecerdasan buatan (AI) juga didorong untuk meningkatkan kualitas hidup pasien paru kronik.
“Kami mengajak semua pihak pemerintah, DPR, tenaga kesehatan, akademisi, dan masyarakat untuk bersatu dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan paru. Udara bersih dan gaya hidup sehat adalah hak setiap warga,” ujar perwakilan PDPI.