Redaksi.co | Jakarta – Sutradara Fajar Nugros kembali hadir dengan karya terbarunya yang siap mengguncang dunia perfilman horor tanah air. Ditemui saat peluncuran official trailer dan poster film Perempuan Pembawa Sial di kawasan Senayan (20/8), film Perempuan Pembawa Sial ini tak sekadar menghadirkan teror dari mitos kuno, tapi juga mengajak penonton menyelami sisi gelap dari prasangka dan stigma sosial yang sering kali dialami perempuan.
Mengangkat legenda Bahu Laweyan kutukan yang konon menimpa perempuan setelah menikah, film ini membawa atmosfer mencekam dengan cerita yang kuat dan sarat pesan. Dalam trailer yang baru dirilis, kita diperkenalkan pada sosok Mirah, diperankan oleh Raihaanun, yang hidupnya berubah drastis setelah dianggap sebagai sumber kesialan oleh warga sekitar. Tragedi demi tragedi mulai terjadi, termasuk kematian suaminya yang mengerikan setelah melihat delman berhantu dengan kusir tanpa kepala dan kain laweyan yang menari di tengah malam.
Bagi Fajar Nugros, horor bukan sekadar genre untuk menakut-nakuti penonton. Ia melihatnya sebagai medium untuk menyuarakan isu sosial yang kerap terpinggirkan.
“Bahu Laweyan bukan hanya mitos seram. Ia adalah simbol dari bagaimana masyarakat memperlakukan perempuan yang dianggap berbeda atau membawa ‘sial’. Saya ingin horor ini bukan hanya membuat takut, tapi juga mengusik kesadaran,” ungkap Fajar.
Peran Mirah menjadi tantangan emosional bagi Raihaanun. Ia mengaku harus menggali perasaan terdalam untuk memahami penderitaan seorang perempuan yang dikambinghitamkan tanpa alasan.
“Mirah membuat saya lebih peka terhadap realita yang sering tak terlihat: perempuan yang terus disalahkan atas sesuatu yang tak bisa mereka kendalikan,” ujarnya.
Di balik layar, produser eksekutif Winston Utomo memilih mengangkat mitos Bahu Laweyan karena nilai filosofisnya yang kaya dan belum banyak dieksplorasi.
“Kami ingin menyuguhkan horor yang berakar dari kearifan lokal, tapi tetap relevan dengan persoalan sosial masa kini. Cerita ini otentik, penuh lapisan makna, dan penting untuk diangkat,” ujarnya.
Arswendy Bening Swara yang turut ambil bagian dalam film ini pun menambahkan,
“Horor dalam film ini bukan dari sesuatu yang jauh atau tak masuk akal. Justru karena dekat dengan kehidupan sehari-hari, rasanya jadi lebih menghantui,” ungkapnya.