Apa yang disebut mutasi oleh institusi Polri di Polda Sulawesi Barat hari ini—adalah sesuatu yang biasa. Yang luar biasa justru: ketiadaan perubahan substansial dalam tubuh institusi itu sendiri.
Gerakan Barisan Rakyat Anti Korupsi (GEBRAK) menilai mutasi besar-besaran ini bukanlah peristiwa etis, melainkan hanya sebuah ritus kekuasaan. Rotasi jabatan menjadi semacam kosmetika kelembagaan, seolah institusi bisa bersolek dari dalam hanya dengan ganti nama di meja kerja.
Ketua GEBRAK Sulbar, Idham Nuzul Ibrahim, menegaskan bahwa publik sudah terlalu cerdas untuk percaya bahwa ganti wajah sama dengan ganti watak. Karena yang dibutuhkan bukan sekadar pejabat baru, tapi keberanian moral untuk memutus mata rantai kompromi terhadap keadilan.
Kami tegaskan, semua persoalan warisan pejabat lama tidak akan padam hanya karena serah terima jabatan. Polda Sulbar bisa ganti baju, tapi kami tetap akan membuka isi lemari. Transparansi itu bukan prosedur, tapi keberanian. Dan selama keberanian itu tidak hadir, mutasi hanyalah akrobat administratif yang hampa makna.
GEBRAK akan terus mengawal. Karena kami tahu: yang berganti hanyalah kulit, sementara luka hukum masih bernanah di bawahnya.
