Fakfak,Redaksi.co- Kebutuhan air bersih di Kabupaten Fakfak masih saja menjadi persoalan pelik yang belum terpecahkan hingga saat ini. Kesulitan air bersih, kerap menjadi keluhan publik di setiap musim kemarau. Padahal, Kabupaten Fakfak memiliki 4 sumber air yang jika dilelola secara serius, dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi, yakni sumber air besar, kali mati, sungai Gewerpe dan kali Werba.
Sayangnya, dari dulu sampai sekarang, tak ada perubahan berarti yang dilakukan pemerintah guna memecahkan persoalan tersebut.
Proyek pembangunan infrastruktur air bersih dengan topangan anggaran yang tersedia di hampir setiap tahun anggaran, terkesan hanya menghabiskan uang rakyat tanpa bukti nyata bagi masyarakat.
Pemerintah Kabupaten Fakfak melalui Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPUPR2KP) dan Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Tirta Pala adalah pihak yang paling bertanggungjawab dan layak di berikan “rapor merah” oleh publik karena gagal membawa Fakfak keluar dari permasalahan yang terjadi, termasuk gagal merealisasikan program “Fakfak Banjir”, program unggulan Pemerintahan Bupati, Untung Tamsil dan Wakil Bupati, Yohana Dina Hindom.
Mantan Plt. Dirut Perumda Tirta Pala yang juga menjabat kepala Bidang penyambungan dan pengaliran, Usman Namudat, dalam keterangannya kepada awak media, rabu (8/1/2025) siang, membeberkan sejumlah kendala yang dihadapi pihak Tirta Pala dalam pengelolaan air bersih yang didalamnya, termasuk lemahnya koordinasi dan kolaborasi dengan Dinas PUPR2KP.
Menurut Plt Dirut yang telah mengakhiri tugasnya pada tanggal 2 Januari 2025 lalu ini, pihak Dinas PUPR2KP dalam perencanaan pembangunan infrastruktur air, terkesan bekerja sendiri tanpa melibatkan pihaknya, sehingga kerap apa yang dilakukan tidak sesuai dengan kebutuhan.
“Salah satu contohnya adalah pengadaan pompa air tanpa koordinasi, yang akhirnya dibiarkan terbengkalai karena spesifikasinya tidak sesuai dengan pipa yang digunakan,” tegas Usman.
Selain itu, kata dia, proyek pembangunan bak penampungan sering kali gagal dimanfaatkan karena penyambungan pipa baru dilakukan di tahun berikutnya.
“Jadi proyek pisah-pisah. Misalnya, tahun ini bangun bak penampungan nanti tahun anggaran berikut baru pemasangan pipa. Ya pasti Bak yang sudah dibangun rusak sebelum sempat digunakan. Ini jelas pemborosan anggaran,” kritik Usman.
Usman pun menyinggung beberapa proyek pipanisasi dilakukan tanpa melibatkan Tirta Pala sebagai pengelola utama air bersih.
“Salah satu contohnya adalah pengadaan pompa air tanpa koordinasi, yang akhirnya dibiarkan terbengkalai karena spesifikasinya tidak sesuai dengan pipa yang digunakan,” tegas Usman.
Selain itu, Proyek tangkapan air juga disorot karena tidak mempertimbangkan debit air di musim kemarau. Akibatnya, air tidak masuk ke pipa saat debit menurun, sehingga butuh waktu lama untuk mengalirkan air ke rumah warga.
Selain Usman, Pjs. Kabid Teknis PDAM Fakfak, Wilem Fuad, turut menambah penjelasan Plt Direktur terkait kendala teknis yakni kerusakan pompa air yang terjadi selama lebih dari enam bulan terakhir dan turut berdampak pada pendistribusian air ke konsumen.
“Saat ini, kami hanya mengandalkan satu pompa air untuk mendistribusikan air ke bak-bak penampungan. Akibatnya, aliran ke rumah pelanggan sangat terbatas,” jelas Wilem
Tirta Pala sendiri belum bisa berbuat banyak terkait keluhan konsumennya bahkan masih seperti tahun-tahun sebelumnya, bertahan dengan solusi usang, membuka kran khusus melayani kebutuhan air bersih di tempat-tempat tertentu.
Semoga kedepan, Pemkab Fakfak melalui instansi teknis, lebih serius mengurus permasalahan air bersih yang merupakan kebutuhan dasar masyarakat, tentu saja dengan melibatkan Perumda Tirta Pala.