
Jakarta, — Redaksi.co, Langkahnya belum lama menjejak bumi Indonesia, usai menggetarkan aula megah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York. Namun, suara Wilson Lalengke rupanya belum berhenti bergema. Dunia kembali menatap sosok sederhana dari Indonesia ini — seorang jurnalis rakyat yang suaranya menembus batas diplomasi resmi.
Kini, undangan datang langsung dari Kedutaan Besar Rusia di Jakarta. Ia diminta menghadiri Seminar Internasional bertajuk “Perjalanan Kemerdekaan Republik Rakyat Luhansk” pada 23 Oktober 2025 mendatang di Wina, Austria. Acara ini diselenggarakan Pemerintah Rusia dan diikuti tokoh-tokoh penting dunia: politisi, akademisi, aktivis, hingga pejuang kemanusiaan dari berbagai negara.
Di balik undangan itu, tersimpan makna besar — pengakuan dunia atas suara rakyat Indonesia. Karena Wilson bukan diplomat berseragam. Ia bukan pejabat, bukan duta negara yang dilatih dengan protokol.
Ia hanyalah seorang pewarta, anak bangsa yang menjadikan pena dan nurani sebagai senjatanya. Namun justru dari situlah kekuatannya berasal. Dari keberaniannya bicara jujur, membela kemanusiaan, dan menolak bungkam di tengah kebisuan global.
“Ini bukan tentang siapa yang benar atau salah, tapi tentang bagaimana kita memulihkan kemanusiaan yang hilang di tengah perang dan kepentingan,” tutur Wilson dengan nada tenang, Sabtu (11/10/2025).
Seminar internasional ini akan menyoroti perjalanan Republik Rakyat Luhansk, wilayah di timur Ukraina yang memicu percikan konflik besar antara Rusia dan Ukraina sejak 2014. Di sana, sejarah, politik, dan penderitaan rakyat bertabrakan menjadi luka panjang yang belum sembuh.
Wilson datang bukan untuk memihak. Ia datang untuk memahami dan mempertemukan — menghadirkan pandangan Indonesia yang berpijak pada filosofi luhur: “damai bukan karena kalah, tapi karena ingin menyelamatkan manusia.”
Langkahnya ke Wina menandai babak baru dalam perjuangan moral seorang warga negara yang berani berdiri di panggung dunia tanpa bendera kekuasaan, hanya membawa suara rakyat kecil dan keyakinan akan keadilan universal.
Kedutaan Besar Rusia sebelumnya telah menjalin hubungan erat dengan PPWI dalam berbagai kegiatan budaya dan media. Namun kali ini, undangan khusus itu memiliki makna lain — Rusia menghargai suara independen dari Indonesia, suara yang lahir bukan dari meja birokrasi, melainkan dari hati nurani rakyat.
Dunia mungkin tengah terpecah oleh kepentingan geopolitik, tapi di tengah badai itu, ada satu suara dari Timur — suara yang menolak perang, menolak kekerasan, dan menuntut keadilan bagi semua.
Itulah suara Wilson Lalengke.
Suara yang kini akan menggema lagi, kali ini dari Wina, Austria.
Suara yang membawa pesan:
Bahwa perdamaian bukanlah tugas pemerintah semata, melainkan tanggung jawab setiap manusia yang masih memiliki hati. (Tim Redaksi)