Ogan Ilir, 16 September 2025 — Redaksi.co, Di tengah gaung pendidikan gratis dan janji negara meratakan akses sekolah untuk semua, ironisnya Prisa Oktavia Juliani (15), anak dari Kecamatan Tanjung Raja, Kabupaten Ogan Ilir, justru terpaksa putus sekolah dan ditelantarkan oleh keluarga karena kemiskinan dan kondisi rumah tangga yang tak lagi utuh.
Prisa adalah mantan siswa SMP Muhammadiyah Tanjung Raja, terakhir tercatat aktif di kelas VIII sebelum akhirnya tak bisa melanjutkan ke kelas IX di tahun ajaran 2025 karena orang tuanya sudah tidak mampu lagi membiayai sekolah. Ia juga menghadapi tekanan batin: orang tuanya bercerai, ibunya menikah lagi, ayahnya merantau jauh dan jarang pulang, sementara di rumah kakeknya pun ia merasa tak diterima.
“Merasa disalahkan terus, tidak dianggap. Akhirnya saya keluar dari rumah, dan sekarang tinggal di rumah teman saya,” tutur Prisa dengan nada sedih.
Hidup Menumpang, Tapi Tetap Ingin Sekolah
Kini, Prisa tinggal di rumah Bapak Rizal Ependi (48) dan istrinya Ibu Daryana, warga Kelurahan Tanjung Raja RT 05 Lk. 3. Keluarga sederhana ini dengan keterbatasan ekonomi tetap membuka pintu bagi Prisa.
“Kami sendiri orang susah, kerja serabutan, istri kerja jemur ikan asin di pasar. Tapi kami iba. Kalau bisa dibantu supaya anak ini sekolah lagi, kami sangat bersyukur,” ujar Rizal.
Meski berat, Rizal dan istrinya rela menjadi orang tua angkat sementara, dan berharap ada pihak dermawan atau pemerintah yang mau membantu biaya pendidikan Prisa.
Pemerintah Daerah Masih Bungkam,
Menurut informasi dari warga sekitar, kasus ini sudah dilaporkan ke Pemerintah Kabupaten Ogan Ilir, namun hingga kini tidak ada tanggapan yang serius. Salah satu pejabat hanya menjawab singkat via WhatsApp: “Sudah dibahas, mohon ditunggu.”
Kondisi ini menuai kritik dari masyarakat.
“Kalau tidak viral, ya tidak ada tindakan. Di negeri ini, ‘no viral, no justice’. Semua seperti tuli dan buta sampai kasus meledak di media sosial,” ujar seorang warga yang ikut memperjuangkan nasib Prisa.
Harapan: Sekolah Kembali, Hidup Lebih Layak
Kisah Prisa adalah potret nyata bagaimana kemiskinan dan keretakan keluarga bisa menghancurkan masa depan anak. Di usia remaja, seharusnya Prisa sibuk belajar, bukan bertahan hidup dari rumah ke rumah.
Masyarakat berharap:
Prisa bisa kembali ke sekolah formal atau sekolah paket. Mendapat bantuan pendidikan, perlindungan, dan perhatian psikososial.
Pemerintah daerah dan para dermawan mau bergerak cepat sebelum semuanya terlambat.
Alamat tempat tinggal sementara Prisa: Bapak Rizal Ependi & Ibu Daryana
RT 05, Lingkungan 3, Kelurahan Tanjung Raja,
Kecamatan Tanjung Raja, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan.
Ketua PPWI-OI Fideil Castro, Ini bukan sekadar berita, tapi seruan moral. Jika pemerintah daerah tidak segera bertindak, maka kita semua — warga, aktivis, dan media — yang harus menjadi suara bagi mereka yang dibungkam oleh keadaan. Karena di negeri ini, “no viral, no justice” bukan hanya slogan, tapi realita. PPWI-OI