Kami Butuh Solusi”: Warga Kerepet Minta Irigasi Dibenahi, Bukan Nasi Dibagi

0
60

“Kami Butuh Solusi”: Warga Kerepet Minta Irigasi Dibenahi, Bukan Nasi Dibagi

Lombok Barat —  Redaksi.co Suasana pengungsian di Dusun Kerepet, Desa Perampuan, Kecamatan Labuapi, berubah menjadi ruang keluh kesah yang mengalir deras seperti air yang memenuhi rumah warga. Senin (2/12/2025), Dinas Sosial Kabupaten Lombok Barat turun langsung membawa bantuan logistik: makanan siap saji, beras, mi instan, karpet, selimut, hingga kebutuhan dasar lainnya.

Bantuan ini tentu melegakan, tetapi tidak menenangkan hati. Warga sudah tiga hari tinggal di tempat pengungsian, dan yang mereka rasakan bukan hanya dinginnya lantai, tapi dinginnya nasib yang tak kunjung mendapat solusi.

Di tengah kesibukan penyaluran bantuan, seorang warga menahan lirihnya emosi.

Kami butuh perbaikan irigasi, Pak. Bukan hanya makanan. Hujan sedikit saja, rumah kami tenggelam lagi,” ucapnya dengan nada yang sudah terlalu letih untuk berputar bahasa.

Keluhan itu bukan keluhan satu orang, melainkan gema yang dipupuk bertahun-tahun. Bantuan logistik hanya menenangkan perut, tapi tidak menghentikan siklus bencana yang selalu datang tanpa undangan. Warga menyebut, biang persoalannya ada pada irigasi dan aliran sungai yang tak lagi bekerja sebagaimana mestinya.

“Katanya kita sejahtera dari desa mana… hujan sebentar saja sudah genangan lagi,” keluh para pengungsi, seolah menepuk pintu kesadaran pemerintah agar tidak hanya hadir saat banjir sudah terjadi.

Banjir kali ini dipicu oleh tingginya curah hujan dalam beberapa hari terakhir. Debit air sungai melonjak, seperti sudah kehilangan sabar, lalu meluap ke rumah-rumah warga.

Kepala Desa Perampuan, H. Zubaidi, membenarkan kondisi rawan banjir ini. Menurutnya, selain hujan deras, kiriman air dari wilayah timur memperparah keadaan.

Debit sungai naik karena kiriman air dari timur. Sungai meluap dan menggenangi rumah warga,” jelasnya.

Ia juga menambahkan adanya masalah lain yang kerap dianggap sepele, tetapi efeknya seperti batu kecil di roda air: mengacaukan arus.

Pembangunan perumahan yang tidak teratur itu penyebab kedua. Aliran sungai jadi tidak jelas arahnya setelah ada bangunan baru,” tegas Zubaidi.

Jika cuaca bersahabat, genangan diperkirakan surut tiga hingga empat hari. Tapi jika hujan kembali mengguyur, jumlah warga terdampak bisa bertambah, dan keluhan yang sama akan kembali menjadi paduan suara yang tak diinginkan.

 

Di antara gundukan bantuan, satu seruan warga menggema paling kuat, sederhana namun penuh daya gugat:

Kami tidak butuh nasi. Kami butuh solusi.”

 

Sumber: Media Nasional Investigasi — Redaksi.co

Abach Uhel