Yew York, 9 Oktober 2025 — Dunia terdiam sore itu di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa. Bukan karena keputusan politik atau resolusi baru, melainkan oleh suara lantang seorang anak bangsa dari Indonesia, Wilson Lalengke. Ia berdiri tegak di mimbar Komite Keempat PBB, dengan hati bergetar namun tegas, membawa pesan kemanusiaan yang menembus dinding diplomasi.
“Hak untuk hidup adalah hak yang tidak bisa ditawar,” serunya di hadapan sekitar 400 delegasi dunia.
“Diam berarti turut bersalah terhadap berbagai pelanggaran hak asasi manusia!”
Pidato itu bukan sekadar kalimat. Ia adalah tamparan moral bagi dunia yang terlalu lama bersembunyi di balik kata “netralitas”, sementara darah dan air mata terus mengalir di tanah-tanah konflik.
Wilson berbicara bukan mewakili kekuasaan, bukan membawa bendera politik, tetapi mewakili hati nurani manusia. Sekalipun Ia menuntut agar hukum internasional ditegakkan tanpa pandang bulu, agar kemanusiaan tak lagi menjadi korban keserakahan dan kepentingan.
“Bertindaklah sekarang!” tegasnya.
“Hukum internasional harus berlaku bagi semua, di mana pun, bahkan di tempat paling terpencil sekalipun!”
Keajaiban Setelah Kata, berapa jam setelah pidato itu bergema, dunia dikejutkan. Media-media besar seperti CNN menyiarkan kabar mengejutkan: Israel dan Palestina dilaporkan mencapai kesepakatan damai awal.
Hamas mengumumkan pembebasan seluruh sandera terakhir pada 14 Oktober mendatang, sementara kabinet Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menggelar sidang darurat untuk membahas kerangka perdamaian.
Apakah ini kebetulan? Atau angin perubahan yang mulai berhembus dari suara seorang jurnalis warga yang berani bicara di hadapan dunia?
Seorang peserta konferensi berkomentar lirih namun penuh makna: “Entah kebetulan atau bukan, tapi pesan Wilson Lalengke telah mengguncang hati kami. Ia membangunkan nurani yang lama tertidur di ruang-ruang kekuasaan.”
Getar yang Menyebar ke Seluruh Dunia, Pidato Wilson kini menjadi percikan api harapan. Tagar #VoiceForHumanity menyebar luas di media sosial. Dari Jakarta hingga Jenin, dari Gaza hingga New York, jutaan orang berbicara tentang satu hal: kemanusiaan masih hidup.
Dunia melihat bahwa suara seorang anak bangsa dari Indonesia mampu mengguncang hati dunia internasional.
Bukan dengan amarah, bukan dengan kekuasaan, tetapi dengan keberanian moral dan nurani yang tak mau dibungkam.
Wilson Lalengke telah membuktikan satu hal penting: bahwa satu suara kebenaran lebih keras dari seribu peluru,
dan satu keberanian bisa menggoyang tembok keserakahan dunia.
Kini, dunia menyaksikan bahwa damai tidak selalu lahir dari meja perundingan, tapi bisa berawal dari suara manusia yang tulus.
Entah ini mukjizat atau takdir sejarah, tapi satu hal pasti: Indonesia telah menorehkan jejak suci kemanusiaan di panggung dunia.
Dari mimbar PBB, suara Wilson Lalengke bergema hingga ke langit Timur Tengah —
mengingatkan umat manusia bahwa di tengah gelapnya perang, masih ada cahaya dari hati yang berani berkata benar. Tim Red PPWI