PemerintahBlitar|redaksi.co – bukan hanya tentang sejarah dan pusaka—tapi kini juga tentang diam yang mendidih. Di Jalan Kusnan sastro hardjo blitar Kuningan, Kecamatan Kanigoro, tepatnya di gang-gang sunyi arah selatan, puluhan tempat kost menjamur. Tapi bukan untuk mahasiswa, bukan juga untuk pekerja. Tempat itu kini dikenal sebagai surga singkat muda-mudi yang mencari ‘kenikmatan kilat’ tanpa malu, tanpa takut.(20/6)
Warga sudah resah. Media sudah datang. Klarifikasi bahkan sudah dilakukan bersama Bapak Camat Aan Masik. Tapi yang terjadi kemudian: seribu diam. Tidak ada tindak lanjut. Tidak ada tindakan tegas. Yang terdengar hanya angin malam membawa desah dosa yang terulang.
Apakah hukum sedang buta? Atau sengaja menutup mata?
Di mana Satpol PP? Di mana Polsek? Mengapa gang-gang sempit lebih berani daripada aparat yang digaji dari pajak rakyat?
Media juga sudah turun langsung bertanya keras—karena terlalu banyak yang memilih bisu.
Kota ini bukan tempat pesta nafsu tanpa batas. Kanigoro bukan ladang maksiat berjubah kost murah. Blitar harus kembali ditata—bukan hanya trotoarnya, tapi juga moral dan nyalinya!
Jika hukum terus diam, rakyat bisa bicara lebih lantang. Dan bila perlu, kami akan menyebut satu-satu: siapa yang bermain, siapa yang membiarkan, siapa yang tidur di atas bara.
Blitar, bangunlah. Karena yang tidur di kota ini bukan hanya anak muda di pelukan sesaat, tapi juga hukum yang kehilangan keberaniannya.(Red)